Get Gifs at CodemySpace.com

Kamis, 30 Juni 2011

Guru dan Dosen Harus Refleksi Diri

Sejak diberlakukannya tunjangan profesional bagi guru dan dosen ternyata muncul banyak masalah di lapangan, baik pembelajaran dan karakter guru dan dosen. Tidak semua guru dan dosen yang telah mendapat sertifikat pendidik dijamin memiliki karakter kuat dan cerdas. Selain itu, belum tentu semua profesional dalam menjalankan tugas dan kewajiban. Dengan pernyataan ini bukan berarti penulis merasa sudah profesional. Akan tetapi justru harus dipikirkan secara bersama-sama bagaimana upaya untuk merefleksi dan memperbaikinya.
Pemikiran tersebut selaras dengan pendapat Walantaqi (2010:116) bahwa untuk tercapainya proses pendidikan yang baik diperlukan enam modal dasar, yaitu (1) adanya kecerdasan (dzuka-in), (2) motivasi yang jelas arah dan sasaran yang tepat (birshin), (3) ketekunan dan usaha (isbtibar), (4) partisipasi dan pembiayaan (bulghat), (5) tenaga edukatif yang berkualitas (irsyadi ustadzin), (6) Long life learning (thuliz zamanain). Merujuk pendapat tersebut berarti peran guru dan dosen memilki andil penting sebagai salah satu modal dasar untuk mewujudkan pendidikan yang berhasil dan berkarakter.

Upaya refleksi peran guru dan dosen dalam upaya mewujudkan pendidikan karakter ini dapat dilakukan melalui karya pengembangan profesi, baik buku, modul, buku ajar, makalh, jurnal, dll.. Seorang guru dan dosen diharapkan dapat menumbangkan ide-ide kreatif dalam pengembangan genrasi muda yang berkarakter melalui seminar, workshop, lokakarya, dan diskusi ilmiah, baik tingkat nasional maupun internasional. Bukan hanya sebagai peserta tetapi sebagai pembicara. Dengan demikian, akan tercipta atmosfir akademik yang sinergis dan holistik dalam berbagai ranah kehidupan ilmiah, baik bagi guru dan dosen di mana pun berada.
Guru dan dosen diumpamakan tokoh-tokoh yang membentuk karakter pelajar dan mahasiswa. Selain itu, guru dan dosen juga yang memberikan senjata berupa “ilmu” sebagai “pedang” untuk mengubah dunia. Berbicara senjata untuk mengubah dunia ini harus belajar pada para Samurai. Para Samurai memiliki senjata yang disebut Katana atau Pedang. Pedang yang tajam tentu mengerikan dan berbahaya jika dimiliki oleh orang yang tidak bermoral. Pedang menjadi tidak berbahaya ketika pemegangnya mempunyai sifat yang disebut Bushido, yaitu amanah, pengasih, santun, sopan, mulia, hormat, dan lain-lain. Apabila para pelajar dan sarjana lulusan kita memiliki sikap dan perilaku seperti para Samurai, yakinlah bahwa pendidikan karkater akan dapat segera terwujud.
Dengan demikian,  peran guru dan dosen sangat besar dalam mewujudkan pendidikan karakter, dengan catatan guru dan dosen harus memiliki karakter kuat dan cerdas terlebih dahulu baru membentuk karakter pelajar dan mahasiswanya. Bagaimana dengan kita sebagai guru dan dosen? Marilah kita refleksi bersama-sama, kemudian niatkan dalam hati untuk refleksi dan mengubah diri untuk berpartisipasi dalam mewujudkan pendidikan karakter bangsa Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar