Get Gifs at CodemySpace.com

Kamis, 30 Juni 2011

Peran Dosen Inspiratif dalam Pendidikan Karakter

Merujuk pada pemikiran dan kedua buku Prof. Dr. Furqon (2009 dan 2010) guru dan dosen akan termotivasi untuk selalu menjadi inspirator bagi mahasiswanya. Dosen harus menjadi pionir teladan bagi mahasiswa di perguruan tinggi. Seoarang dosen memiliki tugas dan tanggung jawab tidak jauh seperti seorang guru. Akan tetapi, seorang dosen memiliki tanggung jawab untuk menjadi pionir taladan bagi mahasiswaa dan masyarakat dalam melaksanakan tri darma perguruan tinggi. Dengan demikian, peran dosen di perguruan tinggi harus memiliki citra inspiratif dan berkarkater.
Hidayatullah (2010:18) berpendapat bahwa keluaran institusi pendidikan seharusnya dapat menghasilkan orang “pandai” tetapi juga orang “baik” dalam arti luas. Pendidikan tidak hanya menghasilkan orang “pandai” tetapi “tidak baik”, sebaiknya juga pendidikan tidak hanya menghasilkan orang “baik” tetapi “tidak pandai”. Pendidikan tidak cukup hanya untuk membuat anak pandai, tetapi juga harus mampu menciptakan nilai-nilai luhur atau karakter.

Mengacu pada pemikiran di atas, seorang dosen harus refleksi diri akan kinerja selama ini. Seorang dosen harus selalau berkarya dan mengimplementasikannya kepada mahasiswa melalui pembelajaran, kepada masyarakat melalui penelitian dan pengabdian. Hal dapat didasarkan pada prinsip bahwa kuatnya arus pembelajaran berarti kuatnya karakter guru dan dosen, kuatnya karakter guru dan dosen berarti kuatnya pendidikan kita, dan kuatnya pendidikan kita berarti kuatnya bangsa Indonesia. Dengan demikian, tidak boleh ada rantai terputus antara guru dan dosen dalam pembentukan karakter generasi muda di masa yang akan datang.
Pemikiran Hidayatullah (2010:19) bahwa orang yang “pandai” saja tetapi “tidak baik” akan menghasilkan orang yang “berbahaya” karena dengan kepandaiannya bisa menjadikan sesuatu menyebabkan kerusakan dan kehancuran. Setidak-tidaknya pendidikan masih lebih bagus menghasilkan orang-orang “baik” walaupun kurang “pandai.” Tipe ini paling tidak akan memberikan suasana kondusif karena ia memiliki aklhak yang baik.
Upaya untuk mewujudkan pemikiran tersebut terjadi di perguruan tinggi karena para sarjana dipersiapkan sebagai generasi penerus yang berakhlak dan mandiri. Oleh karena itu, pemikiran tersebut didukung oleh Ary Ginanjar (dalm Hidayatullah, 2009:v) bahwa saya semakin merasakan betapa pentingnya pendidikan karakter setelah mempelajari ilmu dan semangat samurai. Para samurai memilki dua hal, yaitu Wasa dan Do. Wasa artinya skill sedangkan Do artinya The way of life (prinsip hidup) yang dikenal Bushido. Pemikiran-pemikiran tersebut dapat direalisasikan apabila dosen membelajarkan mahasiswa dengan kreativitas berimbang antara hardskill dan softskill, dan landasan karakter yang kuat. Dengan demikian, akan dihasilkan para sarjana yang berkarakter kuat dan cerdas sebagai calon generasi bangsa. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar