Get Gifs at CodemySpace.com

Kamis, 30 Juni 2011

Contoh Fiksi Anak-anak


Agar pembelajaran menulis fiski menantang kreativitas siswa, guru perlu memiliki gambar yang jelas tentang apa dan bagiaman wujud pusi, cerpen, dan drama yang sekiranya sesuai untuk siswa SD.
Cermatilah contoh-contoh berikut ini!
1.      Puisi
a.       Pantun
Elok rupanya kumbang janti,
Dibawa itik pulang petang
Tidak berkata besar hati,
Melihat ibu sudah datang

Rawamangun jalan berliku,
Penuh onak makanan badak
Gelak tersenym rupa kakekku,
Melihat nenek duduk berbedak

Buah semangka buah duku
Buah belimbing manis rasanya
Binatang apa, wahai, temanku
Siang tidur, malam berkelana?


Gedang gendut
Tali kecapi.
Kenyang perut
Senanglah hati.

b.      Puisi bebas
GIRILANGAN
Kulangkahakan kaki ini
Menyusuri jalan yang sepi
Menuju girilangan yang indah
Kau tampak asri dengan pohon-pohon

Bukit yang indah
Penuh dengna tubuhan yang subur
Membaut aku tambah cinta akan alam
Dan menyukuri keagungan tuhan

Oleh : R. Nyrtutiji /wubdy Jybtiri
SD Jkinoij, Banjarnegara
(Si Kuncung, Nomor 20, tahun 1986)

2.      Cerpen
SEPATU BOLA
Aku senang seklai main bola. Tapi aku belum punya sepatu bola. Aku takut minta kepada Ayah. Aku tak ingin merepotkannya.
Pada suatu hari pak guru menyuruh murid-murid menggambar. Gambarnya boleh bebas. Aku menggambar sepatu bola. Di bawahnya kutulis “Aku ingin sepatu bola”
Setelah dinilaigambar itu, aku pulang. Besoknya, ketika aku pulang sekolah, di kamrku tampak sepasang sepatu bola. “Ah, punya siapa ini? Tanyaku dalam hati. Tiba-tiba ayah muncul di pintu sambilberkata, “Kau mengingikannya bukan?” Oh, kiranya ayah membaca gambarku kemarin malam.
Terima kasih ayah”. Ayah tersenym. Aku sangat gembira.


PERISTIWA

            pada hari minggu saya bagun lebih pagi dari biasanya. ibu menyuruh saya mengantarkan barang dagangannya ke warung-warung. setelah mengantarkan dagangan ke warung Bu Saleh, saya hendak kewarung Bu Rakhamad. Ketika hampir sampai di warung Bu Rakhmat, saya meliaht seorang pengendara sepeda motor menabrak seorang anak. Pengendara sepeda motor itu tidak berhenti, sedangkan anak yang tertabrak tergeletak di jalan. Tanpa berpkir lagi saya segera meletakan dagangan dan berlari ke arah anak yang tergeletak itu.
            Anak itu ternayta pingsan. Saya menjadi bingung. Untung ada sebuah mobil lewat. Saya segera menghentikannya. Saya ceritakan apa yang telah terjadi. Pemilik mobil itu berbaik hati. Anak itu segera dilarikan kerumah sakit. Saya pun diajaknya serta. Sepulang dari rumah sakit, hari sudah sore. Saya diantar mengambil barang dagangan dan segera pulang.
            Semula ibu marah karena dagangan yang saya jajakan tidak habis terjual, padahal sore hari saya baru pulang. Tetapi akhirnya kemarahan ibu reda setelah saya menceritakan apa yang terjadi. Meskipun badan agak lelah, saya tetap membantu ibu membereskan pekerjaannya.

(Bahasa Indonesia 4 a Hlm. 13-14)

3.      Drama
CUCI TANGAN DULU
Sinta, siswa kelas 3 SD, pulang dari sekolah. Andi, adiknya, siswa kelas 1 SD, sudah pulang duluan
SINTA       : “ Assalamu’alaikum!”
IBU            : “Wa’alaikum Salam”
SINTA       : “Andi sudah pulang, Bu?”
IBU            : “Sudah”
SINTA       : (Berjalan meninggalkan ibunya, mencari adiknya di ruang makan). “Hai, belum ganti pakaian sudah mau makan. Ganti baju dan cuci tangan dulu, baru makan!”
ANDI        : “Laper, Kak”.
SINTA       : “Sama. Tapi, ayo ganti baju. Nati kotor. Besok mau dipakai lagi, kan
ANDI        : “Ya, deh. Tapi sama-sama, ayo” (lari kebelakang)
SINTA       : “Ayo!” (lari mengikuti Andi)

MENYAPU HALAMAN
Suatu soer yang cerah. Budiman sedang asyik menyampu halaman depan rumahnya. Anton dan yusuf, temannya, datang
ANTON       : “Wah, rajin benar teman kita yang satu ini. Berhenti sebentar, Budi!”
YUSUF        : (Menimpali) “Nanti kalau terlalu bersih, besok tidak ada yang disampu lagi”
BUDIMAN : “Wah, jangan menyindir. Siapa lagi kalau bukan kita sendiri yang menjaga kebersihan? Bersih itu kan pangkal sehat”
ANTON       : “Itu benar sekali. Tapi kan ada pembantu”.
YUSUF        : (Menimpali) “kalau tinggal suruh dia, bud”
BUDIMAN    : “Kita jangan selalu menggantungkan diri kepada pembantu. Kurang baik”
ANTON dan YUSUF : (menganggut-manggut)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar