Get Gifs at CodemySpace.com

Kamis, 30 Juni 2011

Model-model Pembelajaran Menulis Fiksi


Sesuai dengan karakteristik siswa , pembelajaran menulis fiksi di kelas 3-6 SD masih mengikuti pola permainan. Para ahli, seprti  Padgett, Georgia, Norton, Huck, dan Fairtax, Mengemukakan plla permainan dalam modle pembelajaran yang dicotohkannya. Serpti djoko Damono pun berpendpat bahwa menulis (mengarang) adalah bermain-main. Mereka tampkanya bersepakat bahwa menulis fiksi selayaknya menjadi bagian yang menyengangkan bagi anak-anak. Pembelajaran menulis fiksi, seperti yang dicatumkan dalam GBPP Bahasa Indonesia SD, mencakup penulisan puisi, cerpen dan drama. paparan tentang model-model pembelajran yang akan dilakukan berikuti ni pun akan dikaitkan dengan pembelajran ketiga jenis menulsi itu. Ada diharapkan dapat menentukan sendiri model yang sekiranya sesuai diterakan di kelas.
1.1  Model-model Pembelajaran Menulis Puisi
Model-model pembelajran menulis puisi yang disajikan ini merupkan cara-cara pembelajaran yang dapat diterapkan dalam mengajak para siswa mulai menulis puisi.
a.       Menjadi Juru Hipnotis

Padgett mulai memikat peran siswanya dnegna cara bercerita tentang juru hipnotis sambil memerangakan beberapa jurusan hipnotis. Melalui contoh yang sederhana, ia mencoba menjelaskan bahwa seitap orang dapat menjadi juru hipnotis. Alat yang paling efektif untuk menghipnotis atau menguasi orang lain adalah kata. Ia mengatakan, “apakabila kalian dapat memilih kata yang tepat dan menyusun kalimat yang kena, kalian pun akan berhasil menguasi ornag lain”. Selanjutnya ia mengatkana bahwa kta yang tepat tidak berarti yang sudah didapat dan kalimat yang kena tidak sama dengan yang berbelit-belit.
Setelah melalui proeses yang hangat, yaitu beberapa orang siswa bercerita tentang pengalamannya menonton pertujukan hipnotis, akhirnya Padgett meninta supaya para siswa tenang. Ia akan menjelaskan sesuatu. Dengan sederhana dikatakannya bahwa menghipnotis orang itu boelh dikatakan sama dengan menulis puisi. “asal kalian berusha menyusun kata-kata yang tepat dan kaliamt yang kena, kalian pun akan dapat menghasilkan pusi yang memikat pembaca. Pungut beberapa kata yang bertebaran di sekeliling kita, susun dalam kalimat-kaliamt yang kena, jadikan sajak!” katanya. Kemudian ia meminta tiap siswa menulis sajak dalam waktu lima belas menit.
Dengan cara itu ternyata padgett berhasil mengajak para siswa menulis puisi. Setelah itu puisi-puisi cptaan siswa dibacakannya. Ia menujukkan perhatinnya kepada setiap sajak yang dibaca.
Dari ilustrasi di atas tampak bahwa pembelajaran menulis puisi berlangsung dengan santai, seperti sedang bermain-main. Sapardi Djoko Damono, seperti para ahli yang pendapatnya dikutip di atas, berpendapatbahwa bagian anak-anak, mengarang adalah bermain-main dan menulis puisi adalah kegiatan karang-mengarang yangsangat sederhana dan praktis. Mengarang juga termasuk permainan yang murah dan praktis. Mengarang dapat berlangsugn hanya dengna secaarik kertas dan pena. Oleh karena itu, kata sapardi Djoko Damono, “ Sekolah yang miskin pun akan mampu menyelenggarakannya”. (Sumardi, dkk., 1992).

b.   Menulis Bersama
Menulis bersama dilaksanakan sebagai berikut.
a.       Siswa dibagi dalam beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari dua orang.
b.      Siswa pertama menulsikan judul dan  baris pertama puisi.
Jumlah kata dalam setiap baris ditentukan terelbih dulu.
c.       Kertas kerja siswa pertama diberikan kepada temannya.
d.      Temannya membaca judul dan baris pertama puisi tadi, kemudian menulis baris kedua dengan jumlah kata yang sama, yang berhubungan dengan baris pertama itu.
e.       Kertas diserahkan kembali kepada siswa pertama. Ia menulis baris ketiga, lalau menyerahkannya kembali kepada temannya itu. Bagitu seterusnya sampai sejumlah baris yang diinginkan selesai ditulis
f.       Bacakan puisi di depan klas oleh salah seorang siswa dari kelompoknya.
Bagitulah menulis bersama itu berlangsung. Model pembelajaran seperti ini disebut juga “model pesta kata”. Penerapan model ini perlu ditunjang dengan suasana santai dan menyenangkan. Perlu diingat, sebelum siswa mulai menulis, perlu dinformasikan lebih dulu aturan-aturan yang harus diikuti.
c.   Menulis Keinginan atau  Harapan
Model penulisan puisi ini sangat mudah dilaksanakn sebab setiap siswa pasti memiliki keinginan atau harapan dalam hidupnya. Guru mengarahklan agar keinginan atau harapan siswa itu diungkapkan ke dalam puisi. Jika sudah selesai, siswa diminta untuk membcakannya di depan kelas. Berikan pujian untuk karya mereka. Pembicaraan dilakukan dengna hati-hati agar gairah menulis siswa tidak padam
d.   Menulis Hal Aneh
Kegiatan pembelajaran modle ini mirip dengan model menuliskan keiginan atau harapan. bedanya, di dalam menuliskan hal aneh yang dibayangkan siswa adalah segala sesuatu yang aneh. dalam hal ini imajinasi siswa diperlukan. Guru perlu membantu mengembangkan imajinasi sswa misalnya sebagai berikut.
Anak-anak bagiaman kalau tipi ini (memperlihatkan sebuha topi) tiba-tiba menjadi besar dan dapat trbag? Nah, tulisakan yang kamu bayangkan itu dalam bentuk puisi. Kamu boelh saja membayangkan benda lain, bukan hanya topi saja. Benda itu tidak hanya dapt membesar, tetapi juga dapat berubah menjadi apa saja sesuai dengan keinginanmu.
Jika sudah selesai, bicarakan puisi mereka. Jangan lupa memberi pujian untuk karya mereka.
e.   Menyusun nama sendiri
Merangsang menulis puisi dengancara ini akan mudah dan menyenangkan bagi siswa. Hal ini terjadi karena sumber tulsian sudah sangat mereka kenal, misalnya tentang diri sendiri, lingkungan atau keinginan mereka. Semua itu ditulis dengan menghadirkan nama siswa.
Ikutilah penjelasna guru berikut ini.
“anak-anak, kamu semua mempunyai nama, bukan? Dari namamu itu dapat ditulis sebuah puisi. Caranya susun kebawah huruf-hurf namamu. Setiap huruf jaikan kata, kemudian ikuti dengna kata lain. Tentukan judul yang sesuai. Perhatikan contohnya.
Guru menampilkan contoh berikut

Aku Ingin Berjasa
Aku anak desa
Namaku singkat sederhana
Ingin aku kelak dapat berjasa kepada negara

Seperti itulah puisi nama, anak-anak, kata pak guru. Siapa nama anak yang terdapat dalam pusi itu?
Ani, jawab seroang siswa
Ya benar, kata guru, “sekarang coba kamu baut pusisi seperti yang sudah Bapak contohkan
Bagitulah pembelajran menulis puisi nama itu berlangsung
f.    Menyusun Puisi Abjad
Puisi abjad serupa dengan puisi nama. Abjad disusun ke bawah mulai dari A samap Z. tiap huruf merupakan awal baris atau larik puisi. tentu saja huruf yang diperlukan tidak harus samapi Z. hal itu bergantung kepada panjang pendeknya puisi yang disusun.
Contoh :
Aku Ining Jam
Aku ingin jam
Belikan aku sebuah jam
Cantik melinkar di tangaku
Dengan itu aku mengenal waktu

g.   Mengamati Gambar
Model ini menggunaka nmedia gambar. Isi gambar dapat berupa apa saja : pemandangan, kegiatan (berkembah, bermain, bekerja, dan sebagainya), binatang, tumbuh-tumbuhan, dan lain-lain. Cara pembelajarannya sebagai berikut.
Guru memperliahtkan gambar keapda siswa. Ajukan pertanyaan pertanyaan tentang gambar itu. Jawaban siswa akan beragam. Jangan disalahkan. Jika telalu jauh melencengnya, tanyakan kepada mereka tentang bagian gambar yang lebih menujukkan ciri kahsnya. Sesudah itu ajaklah mereka menulis puisi.
Guru : “setelah meliaht dan memperhatikan gambar tadi, mungkin kalian ingat akan sesuatu. Yang kalian ingat itu mungkin sesuatu yang kalian alami di masa lalu, mungkin baru akan kalian lakukan atau mungkin hanya kalian banyangkan. Nah, tuliskan itu kedalam bentuk puisi”

h.   Membayangkan peristiwa
Hampir sama dengan model mengamati gambar, pada model membayangkan peristiwa ini tiak igunakan gambar sebagai perangsang. Model ini bentuk-bentuk menuntut keahlian guru dalam meberikan gambaran objek untuk merangsang imajinasi siswa. Kegiatannya dapat berlangsung sebagai berikut.
Guru : “ anak-anak, pada waktu ibu mengajar di … (sebut nama tempat), pada suatu hari Ibu bersepeda pergi kesekolah.jarak dari rumah ke sekolah kira-kira enam kilometer. Sekarang tutup matamu! Lihat apa yang terjadi pada waktu itu”
(sekitar lima menit siswa dibiarkan menutup matanya. Setelah itu guru meminta kepada para siswa untuk membuka kembali matanya)
“apa yang kamu liaht?
Siswa 1 : Ibu ngebut, takut terlambat
Siswa 2 : ibu berkeringat karena hari amat panas
Siswa 3 : ibu tejtuh. Pakaiannya kotor kena lupur karena habis hujan
Guru    : Bagus! Sekarang tulisahah segala yang kamu lihat itu ke dalam bentuk puisi!
i.    Memperkenalkan pengalaman baru
Memperkenalkan pengalaman baru dapat dialkukan, misalnya, dengan mengajak siswa kekebun binatang. Di kebun binatang siswa diajak mengamati binatang tertentu dengan segala perilakunya. Setelah itu mereka diajak menuliskan hasil temuannya itu kedalam bentuk puisi. mungkin tercipta puisi berikut
Gajah (1)
Gajah badanmu besar
Kulitmu kasar
Kupingmu lebar
Gajah jalanmu pelan
Beratkah kamu
Bawa belalai yang panjang itu?

Gajah (2)
Gajah,
Kamu pandai
Menangkap kacang dengan belalai
Gajah,
Kamu pandai
Mencuci rumput dengan belalai
Gajah,
Belalai panjang untuk apa?
Ternyata belalai sebagai tangan

j.    Memperkenalkan puisi anak lain
Mengajak siswa mulai menulis puisi dapat dilakukan dengan cara mereka pusi yang ditulis anak lain. Atau puisi itu ditulis di papan tulis. Siswa diminta untuk membaca pusi itu tanpa bersuara (membaca dalam hati). Kemudian, seorang atau dua orang siswa diminta untuk membaca puisi itu dengan suara nyaring
Puisi yang dibaca siswa adalah sebagai beritkut
Cahaya Matahari
Kuning bersinar cemerlang
Perlahan menerpa lantai
Melewati sepenuh jendela
Terlukis bayang-bayang
Berbentuk aneh
Dikarpet dapur
Kira-kira dialog atnara guru dan siswa yang terjadi adalah sebagai berikut
Guru    :  Anak-anak puisi yang telah kaubaca itu ditulis oleh seorang anak seusiamu, apa judlnya?
Siswa : Cahya matahari
Guru    : betul. Temanmu menulis puisi itu setelah ia melihat cahay matahari di dapur rumahnya yang berkarpet. Ia melihat bayang-bayang itu berbentukj aneh. Kmu pun pernah melihat cahay matahari bukan?
Guru    : bagus. Sekarang tuliskanlah kedalam bentuk puisi Judulnya boleh sama dengan puisi yang telah kaubaca tadi, boleh tidak.”
Setelah selesai menulis, siswa diminta membaca puisinya secar bergantian. Sesekali guru mengomentari puisi itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar